Skip to main content

PUISI MEMBIRU


MEMBIRU
Oleh Haiku Aki 

Melafalkan kesan tak lagi zaman
Melisankan isyarat sudah membatu
Mencernanya barangkali aman
Abaikan bukan karena lugu
Bagai permainan angkasa raya
Ia benda kecil segala yang bersayap
Hatimu adalah langit birunya 
Benda yang tak senang berharap
Namun harapnya ialah sang birunya
Menutur gembira lewat terbangnya
Terbangnya tak tentu selamat
Namun fisiknya tak bisa berbuat
Terbangnya adalah hanyutnya
Layaknya sedikit dari yang menyelam
Hatimu adalah lautan birunya
Tak ingin tenggelam terlalu dalam
Tapi jasad tak bisa membela
Harusnya fikiran nahkodanya
Namun hati bukan sang awak rupanya
Hanya ingin sejahterakan jiwa
Mencinta segala yang membiru 
Karena senang kian menghanyutkan
Penyambut segala ialah sang biru
Baginya hanya bagaikan permainan
Tapi benda kecil tak senang berharap
Namun harapnya pada sang biru kian meluap
Dirinya bak stimulasi pintu otomatis
Miliki kode unik rahasia yang manis
Dirimu ternyata rahasianya
Yang kau perlukan hanya masuk saja

02/06/2020

Comments

Popular posts from this blog

PUISI IDEALIS

Idealis Haiku Aki Bukan soal uang Bukan soal kuasa Tapi soal kepercayaan diri Dengan standar yg kontras Terhadap lingkungan sekitar Standar soal apa saja Standar kehidupan Standar pekerjaan Standar ibadah Standar berkarakter Serta berfikir Masing-masing insan punya Namun beberapa mereka Makin tua makin tergerus Makin menipis idealismenya Makin tak percaya diri Terhadap rezeki Terhadap lahir Terhadap bathin Makin tidak yakin Apabila standar itu digunakan Terus menerus Saya akan baik baik saja 13 jan 2024

PUISI PANTULAN

Pantulan Haiku Aki Tuing..  Tuing..  Tuing..  Akan semakin pintar Akan semakin tegas Akan semakin bersih Akan semakin malas Kian menuju dan menyatu Hingga tak ada beda Walau saling membenci  Namun jua mencinta Saling tak mengerti Tapi jua saling suka Saling transfer energi Terkadang menuju negatif Kadang juga positif 50:50 8 July 2023

PUISI SPANDUK

Spanduk Haiku Aki Beberapa bulan ini Panas selalu bedengkang Hampir setiap siang Setelah itu gemuruh Dilalui awan gelap Air langit turun kemudian Mantelku entah kemana Sudah rusakkah lalu dibuang?  Walau lelah, aku enggan basah Hujan itu turun temurun Bertetesan melewati spanduk Putih belakangnya Dimana mana letaknya Ada yang sembarangan Ada yang pada tempatnya Ada yang mini, ada yang raksasa Mungkin sedang musim Orang orang menyodorkan diri Untuk diakui kebaikannya Untuk dipilih untuk duduk Dan diupahi untuk tidurnya Ditunjangi untuk makannya Dibayari untuk wisatanya Yang berkedok perjalanan dinasti Saat air langit turun menjadi gerimis Menetesi spanduk putih itu Terlihat sedikit indah Apa aku sudah gila?  9 jam 2023